Monday, December 2, 2019

30 TAHUN HIDUPKU 


Hari ini tanggal 2 Desember 2019, aku duduk di meja belajarku didalam kamar yang sudah ku tempati selama 14 tahun. Aku menulis blog ini kembali bukan semata-semata untuk mengisi kekosongan namun sebagai healing dan therapy mental ku yang kurasa sudah mulai mencair tak tentu arah. hampir 3,6 tahun hidupku ku habiskan di kota kelahiran ayahku. Kota yang awalnya kurasa aku akan baik-baik saja disana. Tapi nyatanya TIDAK. Disana aku tak mendapatkan kehangatan keluarga. IYA keluarga yang mereka anggap keluarga. Aku ? Aku hanya masih ada darah saja yang terhubung dengan mereka, namun secara kedekatan TIDAK. Aku kecewa IYA aku marah IYA. Wajar, pikirku. Jika mereka berpikir Tidak, maka aku tidak tahu karena aku tak mampi berpikir seperti mereka. Aku bukan manusia yang bisa memasang muka yang orang bilang CARI MUKA, well, aku bukan manusia yang cari muka karena aku sudah punya muka. lagi pula aku juga tidak ingin menjadi bahan perhatian dari kepuasan seseorang dalam mencari muka. SEKIAN. 

Cerita ku dimulai tahun 2016, aku menjadi pegawai pemerintahan di kota kelahiran ayahku. Naik pesawat yang harus transit di beberapa kota. Melelahkan. Aku tahu sih mungkin bagi kalian pergi jam 04.00 WIB dan tiba jam 17.30 WIT pasti akan baik-baik saja, namun jujur aku gampang merasa lelah. Iya anemia. Semua di kantor terasa wajar, bagaimana tidak Atasanku Keluarga dekatku sendiri. Pasti dijaga dan diperhatikan. Tapi tak hanya aji mumpung, aku bekerja semampuku. Kadang pulang malam juga aku ikut. Semua terasa baik-baik saja, kadang ada yang membuatku tak nyaman baik dari keluargaku sendiri ataupun orang yang ku rasa iri dengan posisiku. Entah kenapa. Disini wajar, namun aku merasa terlalu sesak dan sempit rasanya. Aku hampir tidak kuat. Dan jujur aku sekarang sedang berada dimasa yang paling kritis dalam hidupku. Aku merasa berada di dalam posisi yang dihadapkan dengan pilihan makan apel beracun atau tinggal bersama ibu tiri yang jahat disebuah castle. 

Aku tak menampik bahwa ada juga keluarga yang baik terhadapku. Namun sekali lagi, Uang, Harta, dan Tahta mampu membuat mereka memiliki tiga hal tersebut daripada membantu keluarga. Hidupku terasa begitu suram dan hampa. KOSONG. Aku ingin pergi dari sana namun entah mengapa ayahku tak ingin atau merasa tak ikhlas bila aku pergi dari sana. Entah apa sebabnya. Jujur untuk kembali saja aku tak mampu tapi kata Kakakku beliau mampu dan bisa menjadi seperti sekarang (memliki karir manjadi PNS) adalah  berkat patuh dan taat pada oang tua. Tak lupa Beliau memberi pesan banyak-banyak berdoa. Tidak belajar hanya merenung menyesali kekurangan dalam taubatnya. Aku ingin demikian, namun apa bisa takdir seseorang mengikuti seseorang juga? apa bisa rejeki bisa disamakan begitu bila modelnya sama? AKU TAK TAHU. Tapi aku mencoba. Jujur hatiku bertambah hancur tak kala kebodohanku semakin menjadi-menjadi. 

Kenalkan, aku perempuan yang masih mencintai seorang lelaki selama 10 tahun. YAP. Don't be shocked. Aku tak sadar seperti waktu yang berjalan biasa. Tak ada yang berubah masih seperti kemarin. Itulah kesalahanku, kini aku sedang berusaha memperbaikinya. Dia tidak memberiku banyak kenangan manis, tidak juga kenangan buruk. Oh ya ADA, namun sudahlah. Air mata sepertinya tak habis untuknya, entaj sudah berapa lama namanya ku sebut namun aku selalu takut dan hatiku tak enak. Ku ganti dengan tak menyebut namanya. Aku TAKUT. Tak Tahu kenapa. Kalian tahu? Aku diam menanti dan menunggu, Dia tiada juga datang. Bodoh bukan. Aku hanya ingin bersama dengan dia dalam doa. Doa memaksa. Akhirnya aku merasa sakit juga, Hanya sebuah status cerita di salah satu akun wanita yang ku rasa satu perusahaan dengannya. Hanya melihat fotonya dan seorang lelaki dengan emot yang menutupi mukanya. Aku Hancur. Aku merasa itu dia. Jamnya, warna kulitnya, kumisnya, perawakannya entah apa dia punya model baju putih seperti itu. Gila memang. Iya aku, Aku tahu. 

Aku perempuan 30 tahun yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, sedang diberhentikan karena kontrakku usdah berakhir dan karena aku difitnah hingga aku dikeluarkan dari pekerjaanku yang dulu. Aku perempuan 30 tahun yang tidak memiliki siapa-siapa sebagai calon pendampingku, namun bermimpi mempunyai Rumah Tangga. Aku perempuan 30 tahun yang masih sangat manja dan masih sangat malas mengerjakan pekerjaan rumah bila moodku sedang tidak baik. Aku perempuan 30 tahun ingin memiliki rumah, kendaraan serta bisa travelling seperti teman-temanku, tapi aku tak mampu. Aku perempuan 30 tahun ingin pekerjaan yang bisa dibilang enterpreneur namun aku bingung dengan uang apa aku memulai. dan ya aku perempuan 30 tahun yang tidak memiliki nominal apapun di Bank. Oh Ya satu lagi, aku perempuan 30 tahun yang berharap banyak yang senasib denganku agar aku tau aku tidak sendirian, namun itu doa yang tidak baik bukan? Tidak jangan.

Aku harap kalian mampu menjadi manusia yang berguna dan baik bagi keluarga. entah bicara apa aku ini. Aku hanya ingin mengeluarkan unek-unek ku saja tapi tetap saja tidak mampu secara gamblang. Karena otakku bekerja lebih cepat daripada jariku yang sudah kaku dengan laptop dan urusan ketik mengetik. And anyway, pundakku sudah sakit. Aku berharap tulisanku tak dibaca banyak orang. Karena tiada juga inpirasinya, hanya bekeluh kesah semata. Andai? aku ingin mengucap kata ini, namun dalam agamaku kata ini jangan diucapkan. Hai, kamu. aku memaafkan kalian yang sudah membuat ku di beri stigma negatif kepada orang-orang, JUJUR aku tidak demikian tapi jika kalian tidak percaya. Terima Kasih Pahalanya. Hai, kamu, terima kasih sudah menetap dihatiku selama 10 tahun.ini sudah  mau tahun 2020, kau tak bisa tinggal. Aku ingin menikah dan memiliki hal yang juga dimiliki orang lain : KELUARGAKECILKU, kata mereka. Banyak pelajaran dalam hidupku :
1. Jangan mudah percaya pada orang yang baiknya sempurna, terkadang dibalik itu semua ia sembunyikan hatinya yang asli.
2. Jangan mudah berteman, bila itu hanya sekedar berbaik-baik tanpa cela silakan kau cek kadar kemurnian pertemananmu. Punya banyak teman dinilai baik tapi tidak selama. percayalah aku sudah membuktikannya.
3. percaya pada keluarga seperti percaya seseorang membawakan pedangmu yang mana kau tak tau untuk apa nanti pedangmu itu. untuk menusukmu atau untuk mengancammu?
4. kadang hal yang sudah kita lakukan tidak dihargai oleh orang lain baik itu keluarg atau teman yang kau anggap baik.
5. kadang kau diasingkan karena mulut jahat seseorang namun dari situ kau bisa tau wujud asli semua orang. percayalah. diam dan lihatlah.
6. Ayah ibumu dan keluarga intimu keluarga ibumu. THE BEST. tempat berpulang dikala hati lelah dengan semua yang ada.
7. Kembalikan semua pada Tuhan Yang Maha Esa. 

dan masih banyak lagi tapi pundakku sakit sekali. Aku hanya berharap ada kebaikan setelah ini, ada rejeki baik setelah ini. Untuk keluarga, kerabat dan tema yang masih selalu baik dan percaya  bahwa aku tidak seperti rumor yang mereka bilang, aku doakan kebaikan hidup kalian dan aku menyayangi kalian. untuk kalian yang percaya dan mencari-cari muka, aku doakan hidayah untuk kalian agar kalian mampu melihat bukan dengan kacamata orang lain, namun dengan mata kalian sendiri. 


SEKIAN yang terakhir.

Monday, April 10, 2017

Tujuh Tahun Kemudian…
Me and My Best friend’s Love Stories

Kerja di bidang keuangan ini membuat saya tidak memiliki banyak waktu untuk menulis. Kadang sih mau nulis tapi saya lebih memilih untuk beristirahat/berolahraga/mencuci baju/beberes rumah atau hanya sekedar bermain bersama ke-4 adik sepupu saya. Well, saya sudah bersiap-siap mau tidur, saat ini jam 21.33 WIT, tapi kemudian saya bergumam sendiri hehehe.. tentang apa yang sudah saya lalui dan apa-apa saja atau siapa-siapa saja yang sudah menjadikan saya seperti sekarang ini. Ada satu kisah yang kepengen saya tulis di blog saya as reminder hihihi. Kelak ini akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan yang bakalan ketawa geli tiap inget hihihiJ

Beberapa waktu yang lalu saya melihat kawan/sahabat lama saya meng-upload foto seorang anak lelaki berusia 4-5th yang mana saya pikir saya tau siapa dia, dan… aha, anak lelaki itu adalah kawan satu kampus saya juga. Mulailah saya chat teman saya itu, dan eng ing eng… ternyata mereka hendak menikah bulan Mei ini -2017, red-. Emm, dimanakah efek dramatisnya? Jadi begini.. mereka sebut saja si Mbak Sakura dengan Mas Perjuangan ini adalah kawan satu kelas, satu kampus.. iya kami sekelas dan sekampus.. awal tahun, mas perjuangan memang suka menggoda mbak sakura, namun mbak sakura sudah ada yang punya kala itu. Kisah mereka belum berjalan. Namun seiring waktu mbak sakura merasa mas perjuangan begitu Aduhai untuk dilihat (yang mana saya sama temen saya yang satu lagi, bingung bagian aduhai nya yang mana. well, urakan kalo menurut kita. sorry.. hehehe) tapi mbak sakura jatuh hati (disaat sudah putus dengan pacarnya yang dulu).

Tapi pucuk dicinta ulampun tak tiba. Mas perjuangan mendadak cuek, jaim, dingin, angkuh, kejam, gengsi deket-deket mbak sakura dan segala macam sikap seorang yang merasa tidak ingin di dekati oleh seseorang dengan sangat ekstremnya. Well, hampir satu tahun lamanya mbak sakura memendam cinta, hingga menangis setiap waktu, mbak sakura sms, telp dkk gak direspon. malahan mas perjuangan sibuk bergenit-genit ria dengan cewek lain, main sama temen-temen laki-lakinya atau melakukan hobby-nya. Mbak sakura? nanggis bawang Bombay bawang merah bawang putih merica lada bubuk diuleg jadi satu dicampur benci plus maki-makian, hingga balik sayang lagi, ehtapinya.. balik mewek lagi, but balik benci lagi, Ya Tuhan.. balik sayang lagi. Saya? Puk-puk-in dia sampai saya bete sendiri ada manusia -lelaki, red- model gini. Cuek Tak Bergeming model Patung Pancoran. Ealah. Akhirnya mbak sakura memaksa memiliki pacar selama sisa kuliahnya. Apakah mbak sakura bahagia? No.. dia kena KDRT selama berpacaran dengan mas Poltak. Namun perihal jodoh, jika Tuhan berkata “Ya”. Manusia bisa apa?

Akhir tahun 2016, mereka bertemu kembali di satu sudut Ibukota, kos salah satu kawan lama kami ketika jaman kuliah dulu. Keduanya lalu bertemu kembali, saling sapa, lama-lama saling bertukar id/pin akun sosial media mereka, lalu beribadah bersama. Lambat laun, tumbuh keberanian dihati mas perjuangan setelah 7 tahun berselang (finally….). Di hari itu, mbak sakura tertawa seakan tak percaya (berdasarkan pengakuan mbaknya, taulah gimana dongkolnya mbake 7th dia makan gengsi mas e). Ya, lelaki yang dulu dia tangisi, dia maki atas sikap kasar, dingin, cuek, kejam karena berani mencintai mas perjuangan dan terang-terangan bilang cinta duluan.

Kini mas perjuangan berkata cinta dan tak mampu melupakan mbak sakura selama 7 tahun belakangan ini. Mas Perjuangan berniat untuk melamar dan menikahi mbak sakura. Khilaf dan tak ingin kehilangan mbak sakura untuk kedua kalinya. Mencoba dengan yang lain namun hati tak bisa mendua. Lelah rasa hati ingin kembali ke peraduan, ke rumah seorang hati, hati seorang wanita. Mbak sakura. Mbak Sakura? Shock. ngakak. but happy. at least, keyakinan untuk memiliki mas perjuangan akhirnya bisa terwujud. Yey. hahaha. Saya ? sebagai saksi hidup mereka berdua ?  ikut seneng bahagia dan ikut merasakan euphoria kedua pasangan 7tahun memendam rasa ini. hahahaha. Intinya dua-duanya gagal move on, ya mungkin udah jodohnya kali ya.. makanya susah lupa hihihihi. #mantan.gebetan.terindah.susah.lupa

Kenapa saya cerita kisah ini, karena saya dianggap akan bernasib sama dengan sahabat saya yang satu ini. Well, saya tahu ini kayak membuka aib sendiri. Tapi setidaknya saya pernah mencintai dengan sabarnya hingga saya tahu kapan harus berhenti. saya pun juga telah mencintai,  mencintai seorang laki-laki selama kurang lebih 6th –alhamdulillah ya kalau kredit motor udah lunas deh- hahaha.. dari chat saya dengan teman saya ini –Mbak Sakura, red- saya memberanikan diri untuk jujur dengan dia. Memang mbak sakura ngebet banget kisah saya bisa sama seperti dia. Dia selalu bilang, “hal yang kamu mau kalau kamu inginkan dan kamu yakin terus pasti bisa kamu dapatkan”. Dia buktinya. Kenapa dia ngebet banget? karena saya ngajak dia travelling sekalian reunion yang infonya dari lelaki 6th itu. tapi dengar dia mau nikah ya jadinya sendirian aja deh travellingnya, kali nemu jodoh #eh. Uang jatuh di jalan kali ah…nemu J

Saya dapat info travelling dari lelaki yang dulu saya sayang banget-banget deh. Sampai chat antara saya dengan kawan saya hanya berusaha meyakinkan saya bahwa dia sebetulnya memendam rasa sama saya. Saya? Ketawa banget. hahaha. Iya dia memang bisa membuat saya mencintainya dengan begitu sabarnya. Sampai bisa membuat saya tidak dekat dengan lelaki lain selama masa kuliah saya dan selama hampir 2,5th saya bekerja dan mampu membuat saya terbangun di sepertiga malam hanya untuk berkata, “Tuhan saya mau dia, dia buat saya ya?”. Saya kemudian bermimpi dihari ke 5-6, dia berubah  menjadi bunga yang sangat terang yang menyinari gelapnya hidup saya. Entahlah artinya apa. tapi.. Yang jelas saya dan dia, terpisah. tak bertemu. tak bersapa. asing. tapi rasa ini masih terus ada.

Saya bilang di kawan saya, saya mencintai dia selama kurang lebih 6th tanpa pernah mencoba mengganggu hidup dia, kalau ganggu ya maaf deh.. saya sadar selama ini sikap dan komunikasi antara saya dengan dia hanya sekedar sopan santun belaka sesama mantan teman organisasi kampus. Saya tahu itu. Saya melihat dia memilih berjalan dengan teman-teman laki-lakinya dengan perempuan-perempuan yang entah itu teman entah gebetan ataupun pacar ketika dia datang ke Kota Gudeg untuk berlibur. Hal itu menyadarkan saya bahwa saya ke-GR-an kalau dia datang buat saya hahaaha. Kemudian saat dia memberikan perhatian, sikap atau tingkah laku yang berbeda, saya tahu dia juga lebih perhatian dengan wanita-wanita lainnya –kata teman-teman, red-, sewajarnya seorang yang suka tentu akan bertanya tentang keadaan kita, atau sekedar ‘Say, Hi’ dan bilang,”gapapa aku Cuma pengen telpon aja” pun tak dia lakukan juga. No sms, no telp, no jalan-jalan, gak semua-semuanya selama bertahun-tahun saya mencintai dia.

Kadang temen saya bilang, kok dia ga pernah comment atau like postingan kamu sih? dengan sok tegar bilang, dia lebih suka like or comment yang lain asal bukan postingan aku aja, pokoknya semua dia suka asal bukan gue aja yang buat status. secara sopan dia mau bilang, I don’t even love you. please be wise jangan berharap lagi. (karo sesegukan) hahaha. dulu gampang banget nanggis karena dia. Dia pasang foto-foto sama cewek di DP BBMnya, mana bisa marah dan bilang, aku cemburu. Ujung-ujungnya nanggis tapi bisa apa? bukan siapa-siapanya dia juga. Aku tahu itu untuk kasih tau, saya emang gak pernah ada dihatinya dia, karena hati dan perasaan saya saja gak pernah dia jaga. Saya aja yang GR, gamau pasang foto sama cowok takut dia cemburu. Cemburu pas tahun monyet mungkin iya. Kalo udah sabarnya habis liat dia sama entah cewek dengan status apapun itu dihidup dia, suka lama paketan di BBM.

 now you know kenapa aku suka males isi paket data bbm, males liat kamu tapi kangen juga kalo gak liat. Lhahhh hahaha. Atau kita ada seruangan eh banyak orang juga sih tapi dia milih buat jauh-jauh bahkan nekad ke warnet Cuma buat facebook-an dan balas comment cewek lain. Gue? Menangis dalam hati, tapi mau gimana juga, mau semarah apapun, sebete apapun, segimana dia bertingkah bersikap.. selalu aja aku bisa sabar dan bisa paham kenapa dia gitu. Well, lelaki. man gotta do what man gotta do.

Gak sadar saya suka delete dia add lagi delete dia add lagi delete dia add lagi, bukan alay or lebay. Ya sedikit sih. banyakan deh. hahaha. tak lain tak bukan untuk tahap melupakan dia. apakah saya bisa gak liat dia, gak liat aktifitas dia, dia dimana, sama siapa, status-status dia. Kadang dia capek pengen banget semangatin. tapi takut ganggu hidup dia, alhasil doa aja deh dari jauh. Cuma bisa tau mimpi dan cita-cita hidup  dari kawan-kawan dia, Cuma bisa doain lagi. Yah hidup saya 6th lalu hanya untuk doain dia aja dengan segala cita-cita dengan tulus tanpa minta dia suka sama saya. Tolol? Idiot? Indeed. Lama-lama saya mereview semua sikap dia kepada saya. Akhirnya yaaa….

 Intinya : dia sama kayak mas perjuangan memperlakukan mbak sakura. Bedanya, dia gak pake hati atau gak berpura-pura dingin. Saya? yah mulai bismillah.. delete dia di BBM. Saya cek apakah dia merasa kehilangan saya dengan comment di FBnya? ternyata respon masih bagus. Artinya mau ada atau tidak ada saya di kontak akun sosial medianya dia atau bahkan dikehidupannya dia. He’s fine. He’s Happy. Well, tiap buka FB ada dia muluk, oke saya delete saja. Fiuh, sambil nanggis. Wanita bodoh oh wanita bodoh.

Berat memang, kangennya itu lho. Terbiasa mencintai dia, terbiasa tau tentang dia, terbiasa bangun dan mau tidur melihat salah satu akun medsosnya dia. Ah, semua tentang kebiasaan. Setahun berlalu, yak 7th sudah.. Saya masih mengenang dia dihati saya. Tapi saya sadar, mau sampai kapan? Saya beranikan dan paksakan diri untuk menerima seorang lelaki yang mencintai saya. tapi lambat laun, saya sadar saya mulai menyukai dia. Bukan dengan paksaan. Well, weting tresno jalaran saka kulino. hehehe. Tapi apalah nasib wanita ini, keluarga saya –keluarga besar, red- tidak setuju dengan hubungan kami. dan mengharuskan saya putus dengan dia. Saya baru kali ini di ‘tampar’ oleh keluarga besar secara ‘WOW’.

Hingga membuat saya malam itu juga memutuskannya. Saya ingin menjaga hubungan baik dengan dia dan tentunya menjaga dia dengan cara saya sendiri dari amukan keluarga saya. Intinya keluarga saya dan dia tidak bisa bersatu. huhh.. tapi rasa suka saya kini memang sudah pudar seiring dengan keyakinan saya bahwa kami memang tidak bisa bersatu. Dia sudah move on. Well, gak betul-betul cinta ya jadinya dia? hahaha. but it’s ok. Saya gak patah hati atau gimana. Jadi aku juga gak cinta-cinta amat yee.. but seneng dia udah ada seseorang lagi, setidaknya gak kayak saya yang susah move on kala itu.

Bicara tentang travelling tadi itu, saya tanya ke dia –lelaki itu, red- agak kaku memang. sayanya. Bisa chat Seharian itu udah wow banget. gak pernah saya bisa chat selama itu sama dia. mentok-mentok 2-3 balas. Udah. Ya namanya juga malas sama saya, ya gak sih. Tapi karena saya sudah menggangap dia bagian dari masa yang sudah lewat, rasanya chat saya dengan dia mengalir seperti kawan lama. kamu gak balas lagi saya juga sadar, gue mah apa atuh? hahahahaaa. Eits, tapi tenang, saya chat cuma sekedar cari info, tenanglah saya tidak datang untuk mengganggu hidup kamu, atau berkhayal yang jauh-jauh. Relax.. Terlepas dari itu semua, saya tidak mengganggap dia lebih tinggi atau lebih rendah daripada saya. Saya, melihat kamu, kawan hati saya yang paling lama dan segala perasaan saya, bukan kesalahan kamu. Saya sudah berperang melawan diri saya sendiri. Mungkin saat berkomunikasi dengan kamu, rasa itu ada seperti terasa lagi. tapi untungnya saya selalu sadar dengan keadaan yang tidak mungkin ya gak mungkin aja. we’re just still good friends, my kind old friend. Teman hati saya yang lalu. saya akan selalu bersikap baik padamu dan  hangat padamu, bukan ingin bersama. seperti mas rangga sama mbak cinta. tapi sebagai bagian dari penghormatan saya tehadap hati saya yang sudah sebegitunya memperjuangakan hatinya untuk bertahan sampai hati berkata, cukup!

Kalau kelak, saya membaca postingan ini, mungkin saya tertawa malu. iyuhh. bisa mencintai seorang dengan gilanya, dengan sabarnya, dengan kuatnya dan dengan bodohnya bertahan. Bertahan dengan keyakinan yang entah datang darimana. Tiap doaku bukan lagi tentang kamu, keselamatanmu, bahagianya kamu, cita-citanya kamu. tapi tiap doaku hanya ada aku dan aku, aku ingin egois karena 6th lamanya aku bersedekah doa dan cinta. Kini tiap doaku hanya ingin mendapatkan yang terbaik karena seorang wanita yang kuat sekalipun ingin bersandar dibahu seorang imam yang juga mencintainya dengan tak melihat waktu dan tak melihat jeda ruang yang ada. Mencintai sebelum menikah, memang sungguh suatu ujian tersendiri. berat. kamu tak kan sanggup. biar aku saja. semoga saja kisah ini menjadi pelajaran yang intinya adalah jangan mencintai dengan bodoh pada seorang yang belum tentu mencintaimu dengan bodohnya juga. Saya juga telah  belajar tentang arti mencintai dari orang yang tidak pernah mencintai saya. Memang guru yang berharga justru datang dari hal-hal yang menyakitkan hati. Untukmu, terima kasih Karena tidak mencintaiku. darimu aku belajar mencintai, berharap, terluka, lalu belajar menyembuhkan hati.

 Tual, 3 April 2017, 10.55 WIT.


Saturday, January 7, 2017

RESOLUSI 2017
 IS
A WISH YOUR HEART MAKES

“IT’S A BRAND NEW DAY.. HAPPY NEW YEAR 2017, FELLAS.. CHEER UP FOR THE BETTER FUTURE", Kira-Kira beginilah messages yang saya dapat dari teman-teman saya. Well, banyak orang-orang yang menganggap Tahun Baru sama artinya dengan harapan baru dan impian baru. Tapi buat saya, Tahun Baru adalah menjaga harapan hati untuk menjadi sebuah garis kehidupan. Duh, berat sekali bahasanya. hahahaha. Jujur sih awal-awal SMA saya suka buat keinginan di kertas kecil warna warni lalu saya masukkan di jar/toples kecil. Atau saya tulis harapan di kertas trus dimasukin dibotol lalu dibuang kelaut ala-ala film gitu deh. hahahaha. Tujuannya apa sih? Ya tak lain dan tak bukan adalah mengisi pikiran dengan keyakinan yang positif dan baik. Bisa terkabul bisa juga tidak. Ya, God’s way apalagi kan. J

Bicara tentang Tahun Baru, orang-orang kemudian beramai-ramai menuliskan tentang harapan-harapan serta keinginan yang belum tercapai di tahun lalu atau nge-trend-nya : RESOLUSI. Bicara soal resolusi, saya termasuk orang yang suka nulis resolusi tapi yah cuma buat have fun aja hahahaha. Tapi tahun 2017 ini nampaknya akan sangat berbeda. Resolusi yang selalu saya inginkan adalah mendapat WAKTU dan KESEMPATAN untuk bisa melanjutkan pendidikan Magister sesuai dengan passion saya sewaktu kuliah atau dibidang Psikologi dalam pengembangan sumber daya manusia yang dapat masuk kedalam ilmu sosial, politik dan ilmu-ilmu serapan yang lainnya. Karena kalau sudah bekerja, waktu, tenaga dan pikiran semua terfokus pada apa yang sudah dibebankan atau diamanatkan kepada kita. Saya bisa dikatakan, nyemplung dengan bebas dari anak politik ditempatkan di bagian keuangan. Tentu sulit dan roaming ya dengan keuangan, tapi dengan tekad untuk terus belajar dan displin serta loyalitas pada negara, ya Alhamdulillah bisa hehehe. Kata-kata saya udah bisa kan dikatakan sebagai abdi negara yang loyal? hihihihi..

Selain resolusi kuliah magister, sebenarnya sih saya kepengen mewujudkan resolusi mama saya hahahahaha. “Dek, pacarnya siapa? punya pacar gih, mama udah kasih ijin.”, (tercengang) “yah ma.. belum ada, eh ada sih yang naksir, yang deketin juga ada disini. Tapi belum ada yang sreg.”, jawab saya polos. Mama langsung deh bilang, “Masa iya harus sama Lee Min Hoo baru kamu sreg”. Duwerrrrrrr…. “Bukan ma, tapi Saya ini baru merasa bebas ngeliat cowok ganteng, karena baru ngerasa gak bersalah liat-liat cowok dan bisa bilang, wih ini ganteng itu ganteng ini baik itu baik daripada dia, baru bisa gitu ngebandingin, gitu, jadi lagi me time sama keadaan ini intinya sih baru bisa melihat lelaki-lelaki disekitar yang sebelumnya saya buta sama satu laki-laki dari jaman itu mama, emang lagi mencari yang serius”. J Akhirnya mama pun mengeluarkan resolusi punya pacar di tahun 2017. Saya ndomblong. Ya baiklah memang sudah masanya dan saya gak bisa egois untuk bilang masih mikir karir, mau lanjut S2, mau beli mobil, kredit rumah dan lain sebagainya. hahahaha banyak amat kapan kawinnya hahaha J

Semakin kesini tentu keegoisan kita menurun dan lebih memikirkan kebahagiaan orang tua kita, saya sempet mikir terima aja kalau mau dijodohin, habis asal saya yang milih kok sakit hati terus. Kalau mama, gak suka jodohin, kalau papa suka jodohin sih tapi huuw…. kok di kampung halaman ayah saya, perjodohon dinilai berdasarkan garis keturunan keluarga, bukan dari seberapa baik agama si calon menantu atau masih ada hubungan keluarga. Supaya darah keturunan Ningrat dkk masih terjaga. Tidak melaksanakan apa yang diperintahkan olehNya itu urusan belakangan yang penting keturunannya. Saya tertohok dan mundur perlahan dari niat anak baik  tersebut. Disini memang seperti di Bali, masih menggunakan kasta (Atas, Menengah dan Bawah). Sebaik apapun agamamu, prestasi sekolahmu, karirmu, ataupun hartamu kalau bukan dari kelas Ningrat/Bangsawan. Ya, lamaran susah untuk didapatkan. Jadi, disini baru mau PDKT aja udah harus lapor diri sama Ayah, saya suka sama si ini, marga (family name) ini, apa boleh? kalau kelasnya sama boleh, tapi kalau tidak se-kasta dan kamu menikah dengannya, ya siap-siap dijauhi keluarga besar, pahit-pahitnya, dihapus dari silsilah keluarga plus penerima warisan. Life gets hard and looks unfair ya. But wait a minute, ada solusinya, menikah dengan orang luar daerah, kasta tidak berlaku. Jadi main aman saja, menikah dengan orang dari luar, mau Jawa, Sunda, Bugis, Melayu, atau Bahkan WNA gak apa-apa deh, daripada ribet urusannya. Yakan?

Jadi, resolusi 2017 adalah berdoa dan rajin sholawat : Kuliah S2 di Australia (Melbourne/Sydney) dengan konsentrasi yang sudah diincar dari sejak saya lulus S1 dan mendapatkan teman hidup. Soal pekerjaan dan uang, saya pikir bisa didapatkan dengan etos kerja yang baik. Resolusinya simple tapi gak simple tapi bukannya tidak mungkin. Jika harapan ada, maka keyakinan selalu lahir dibelakangnya, bagai bayi kembar yang mampu membuat orang tuanya merasa bahagia dan mampu bertahan bila hidup terasa berat. Niat baik insyallah ada saja jalan untuk mencapainya, Bismillah.. Allahumma Sholi Ala Sayidina Muhammad Wa Ala Ali Sayidina Muhammad..  Keep on Believing, Keep in Being You.. J


Monday, January 2, 2017

IT’S MORE THAN FASHION…

     Jakarta. Sore yang mendung itu. Saya berjalan menyusuri jalanan Ibukota usai menyelesaikan tugas dinas saya dengan baju batik dan celana kain. Terkesan formal tapi ini kan weekdays jadi gak awkward lah ya. Saat itu saya iseng memperhatikan gaya berbusana orang-orang yang lalu lalang disekitaran saya. Beragam gaya fashion yang saya lihat. Well, saya suka memperhatikan orang-orang secara random soal gaya berbusana mereka baik itu orang yang saya lihat di mall, di kantor, di bus, di kereta, di halte, di stasiun, di bandara, di jalanan dan di meet up-meet up acara tertentu. Anywhere, anytime.  Terkadang dari situlah saya mendapat inspirasi soal gaya busana yang ingin saya jahit dengan model tertentu yang saya yakini masih sedikit orang yang memakainya, ya, meskipun akhirnya banyak juga yang memakai model yang saya buat sketsa-nya. Aku Rapopo. J hahaha.

Kadang kala saya pergi ke mall-mall besar dengan interior yang unik sesuai dengan Perayaan Hari-Hari Besar di Indonesia, dengan pencahayaan yang lembut dan hangat, dengan tata ruang yang spacious. Tujuannya apa? Ya untuk rekreasi jiwa, hati dan mata. Meskipun terkadang semua ini soal shopping. Yah hak semua oranglah ya untuk datang ke mall even bukan untuk belanja. Karena mall adalah ruang publik dimana banyak orang yang berkunjung dengan beragam alasan. Begitu juga dengan toko buku, saya suka tata ruang yang dibuat rapi, sejajar dan terasa ruangan menjadi penuh namun tak membuat sesak. Tujuan datang ke toko buku? Ya yang pasti mencari buku, menambah informasi melalui membaca, dan datang ke toko buku merupakan salah satu sarana rekreasi jiwa bagi saya. Sesekali saya melihat sekeliling rupa-rupa seperti apa yang pergi ke toko buku. hehehe.

Kesimpulan yang saya dapat dari hasil pandangan mata secara random adalah, rata-rata mereka yang datang ke mall memiliki gaya yang sama dengan apa yang ditampilkan di mall-mall besar dengan segala macam barang-barang branded yang dijual disana. Pramuniaga di mall pun (kebanyakan) melayani sesuai dengan gaya berpakaian pelanggan. So pathetic.  Lain halnya dengan gaya berbusana di toko buku, mereka serupa dengan tatatan di toko buku tersebut. Sama-sama rapi, sama-sama enak dilihat, sama-sama stylish-nya. Entah mereka benar-benar membeli buku, entah mereka hanya membaca buku, menunggu waktu hingga jam tayang ditiket bioskop mereka dimulai, entah mereka menunggu seseorang atau cuma ingin nongkrong sambil meeting. Yah, semacam salah satu cara yang efektif untuk membunuh waktu dengan cara yang stylish, gitu.

By the way, Saya jadi tergelitik untuk membahas tentang kemampuan seseorang dalam berbusana untuk tampil keren bukan mahal lho ya. Apakah gaya berbusana seseorang itu dipengaruhi oleh naluri or taste, bakat, situasi, kondisi ataukah sesuatu yang tercipta karena life style? Karena sering sekali saya lihat, seseorang itu tampil keren itu tak melulu dikarenakan busana yang mereka kenakan mahal atau memakai produk branded dari atas sampai bawah. Tapi juga bisa karena mereka memang pandai memadu padankan atau mix and match, mereka pandai dalam memilih gaya yang sesuai dengan bentuk badan, warna kulit, atau mereka bisa tampak stylish karena life style yang sudah mereka ‘bawa’. Seperti misalnya berada di toko buku, atau tempat nongkrong yang gaul/menarik. Padahal mungkin cuma pakai t-shirt, jeans, postman bag/tas jinjing, flast shoes/keds/sneakers.  Sederhana tapi stylish.

Ah, saya sudah lama sekali tidak nongkrong ditempat-tempat yang begituan, karena tempat kerja saya yang sekarang ini, bisa dibilang masih dalam tahap kota yang baru saja dimekarkan (dalam masa pembangunan), sehingga mall, gedung bioskop, atau pun tempat-tempat nongkrong semacam 7eleven hanya bisa saya dapatkan ketika berkunjung ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Ambon, dsb. Tapi tempat-tempat gaul itu digantikan dengan wisata alam yang mumpuni seperti Pulau Bair, Ngurtavur, Goa Hawang, Pantai Pasir Panjang, Pantai Lebetawi, Difur dan masih banyak lagi yang menawarkan pesona karang serta pemandangan yang indah. Life changing.

Baiklah, mari kita lanjutkan soal gaya berbusana. Bicara soal gaya berbusana. Saya pernah membaca buku seorang fotografer Douglas Kirkland, Coco Chanel Three Weeks 1962. Coco channel, seorang icon fashion yang paling penting di dunia yang hanya mengenakan setelan jaket dan rok meskipun terlihat tua dan jauh dari kesan sexy. Tapi, entah, kenapa Coco Channel masih terlihat sangat stylish. Ya, itu semua dikarenakan life style diantara para jetsetter, serta kesibukannya di studio jahit yang ekslusif.  Menurut Coco Channel, Fashion is not something that exist in dresses only. Fashion is in the sky, in the street, fashion has to do with ideas, the way we live, what is happening.
Mama saya adalah seorang penjahit dan tante saya adalah seorang penari klasik. Saya besar dengan melihat beragam jenis gaya busana serta beragam jenis gaya make up. Saya sendiri sudah suka mengamati orang lain semenjak saya kecil. Ternyata menjadi penjahit juga harus tampil dengan gaya yang sederhana namun terkesan elegan namun tetap menjadi dirinya sendiri, sedang gaya seorang penari adalah glamour sesuai peran yang dibawakan diatas panggung. Cetar paripurna gitu deh. Prinsip yang mereka adalah, tidak harus berbusana  mahal, asalkan nyaman, rapi dan pantas untuk dilihat. Prinsip yang mereka pakai dalam berbusana adalah ‘ajining diri saka lathi, ajining salira saka busana’, atau ‘mulutmu harimaumu, harga diri sesseorang tergantung dari apa yang diucapkan, harga jasmani tergantung dari apa yang dikenakan’. Prinsip ini mereka gunakan untuk menekankan bahwa menghargai seseorang tidak hanya dari kulit luarnya saja, tetapi justru mengajarkan agar kita menjadi seseorang yang valuable.

Just my two cents




Wednesday, December 28, 2016

DIBALIK MEDIA SOSIAL

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGwX8_eOTranCUUpekTl7RmxbpUS8otiYo4vhgan0fK03nHDHmCXpCJW7pK6sc9y2X0IJ43mPGuxmCSsYsYdiXNj5Zxo86UMHl7yk63rSOXsouMQsCvJQ21L8ZYU6RO2aCznYJLJMkskuP/s1600/sosmed+3.jpg



Media sosial, sarana prasarana dalam berkomunikasi yang memiliki dua mata pisau. Media yang menawarkan persahabatan dengan penuh manfaat dan kegunaan dalam berbagi teknologi dan informasi, namun juga dapat menjadi musuh yang paling jahat untukmu. Keberagaman media sosial saat ini telah membuat para penggunanya menjadi "hamba sahaya" bagi Smartphone dengan segala aplikasi media sosial didalamnya. Bagi para pengguna yang mampu mengelola dengan baik, dapat menjadi selebriti di dunia maya dan sebagai "panggung" untuk mendapatkan keuntungan baik materi maupun imateri. Selebriti dunia maya tak perlu repot-repot merangkai skenario untuk di bahas oleh wartawan gosip untuk menjadi populer atau mengikuti audisi pencarian bakat dll, dengan adanya media sosial, mereka memiliki "panggung" untuk berkreasi dan dapat ditonton oleh jutaan orang dan yang beruntung dihujani likes plus dihadiahi endorse berupa barang, uang, paket liburan dan lain sebagainya serta tentunya predikat sebagai "selebriti dunia maya".

Dulu, sewaktu saya sangat aktif di media sosial, saya memang turut merasakan banyaknya manfaat dari media sosial, sebagai ajang mencari informasi tentang apa yang sedang terjadi di dunia, sharing infromasi, sharing knowledge, tentang tempat-tempat menarik yang belum dikunjungi, tentang tempat-tempat makan yang menggugah lidah, tentang info seputar kesehatan, tips dan trik yang berbau  tentang serba-serbi rumah, gaya hidup, dan lain sebagainya. Tentu saya juga dulu pernah muda dan labil, hahaha. Tapi mungkin semua ada masanya, saya memang masih mengikuti trend media sosial, tapi tidak seaktif ketika saya masih duduk di bangku pendidikan. Saya sudah banyak mengurangi aktifitas di media sosial. Iya, semua memang ada masanya, antara bosan dan merasa bahwa tidak semua hal harus diceritakan di media sosial, bahwa semua hal lebih indah bila dirasakan tanpa perlu "pengakuan" dari orang lain. Terlebih urusan pekerjaan yang lebih membutuhkan perhatian daripada media sosial yang gak gaji saya juga hehehehe..


Ada kerabat saya yang sengaja tidak bermain di media sosial manapun, alasannya adalah dia tidak ingin "diperbudak" media sosial. Hal yang cukup klise sebetulnya untuk sebuah jawaban, hehehe. Sedikit berdiskusi pada malam itu, "Lah kan mbak tetep bisa kontrol mau posting apa trus kapan mau posting, kan ikut maunya mbak aja kan?", "Iya sih, tapi tetep aja deh, kamu posting itu pasti mikir apa yang diminta sama media itu sendiri, kaya di Facebook 'what's on your mind?', atau di Twitter 'what's happening?', dan Instagram 'minta' kamu untuk posting dan caption foto ini itu.. Nah mudeng kan maksud mbak?", oke deh.. langsung nyengir ngangguk-ngangguk aja sama kata-katanya heheehee.. soalnya buat saya media sosial sebagai bagian dari hiburan selepas penat bekerja, media bermain dan belajar.. media untuk menyaring infromasi dan take and give tentang acknowledge.. intinya sih buat playground saya hihihi..Tapi memang ada masanya saya kebanyakan main sosial media ya walaupun gak sampai adiksi. Yah, ada benernya juga sih kata-katanya.. oke deh 50% saya setuju heheehe...


Saya teringat sebuah kisah selebgram asal Australia, namanya Essena. Essena adalah seorang selebgram telah memiliki pendapatan dari akun sosial media miliknya dari hasil endorse barang-barang. Apakah Essena bahagia? Tidak. Essena yang memiliki ratusan ribu pengikut dari akun Youtube dan Instagram dengan segala popularitas serta barang-barang branded yang dimilikinya ternyata belum dapat membuatnya bahagia. Essena pun bertekad menjadi dirinya sendiri atau swag a.k.a being yourself kalau istilahnya Justin Bieber. Essena kemudian berterus terang kepada fans nya tentang foto-foto "pencitraan" miliknya dan menghapus lebih dari 2000 postingan foto miliknya sebagai bentuk perlawanan terhadap dirinya sendiri dari adiksi terhadap sosial  media. Keputusan tersebut diambil sebagai bentuk pembatasan privasi hidupnya yang dirasa sudah terlalu banyak "dikonsumsi" oleh publik/media sosial. Baginya saat itu, dia terasa memiliki kehidupan dua dimensi. Hidupnya sebagai Essena dan hidupnya sebagai selebgram Essena dengan segala yang ingin dilihat publik bukan Essena yang sesungguhnya. Dia mengakui bahwa sangat mudah untuknya dalam mendapatkan new followers atau likes di media sosial miliknya, namun hal itu tak membuatnya bahagia. Bagi Essena, melihat followers-nya membeli barang yang dia endorse tidak membuatnya merasa senang. Hal yang membuatnya bahagia adalah ketika apa yang telah dia perbuat mampu menginspirasi orang-orang dan membuat perubahan hidup serta pikiran yang positif bagi followers-nya.

Ada orang-orang yang tampil di Instagram dengan kesempurnaan tertentu dan tentunya menjadi ‘standar’ kesempurnaan fisik manusia di media sosial. Tapi siapa sangka dibalik ‘kesempurnaan’ yang mereka tampilkan, hidup mereka tidaklah sebahagia dan secantik seperti yang tergambar di media sosial. Sama halnya dengan orang-orang yang berusaha menginspirasi dan memberi semangat ke orang-orang, sementara disaat yang sama sebenarnya dialah orang yang sedang membutuhkan pencerahan, arahan, inspirasi, dan suntikan semangat. Akan tetapi, ada juga orang-orang yang berpenampilan biasa, namun mereka justru orang-orang yang bahagia. Mereka hidup bahagia dengan kehidupan mereka, dengan keluarga mereka, memiliki ikatan yang kuat dengan keluarga, pasangan dan lingkungan sosial mereka. Mereka bahagia menjadi diri mereka sendiri tanpa harus berpura-pura menjadi seseorang yang memiliki standar tertentu, tanpa perlu pengakuan dari orang-orang bahwa kehidupan maupun personality mereka adalah kehidupan idaman semua orang serta patut dijadikan panutan.


Bukan berarti media sosial dapat dijadikan tolak ukur kebahagiaan dan pengakuan, or even worse pencitraan. Saya pikir mudah untuk 'menciptakan' hidup ideal ala media sosial melalui filter yang impresif selain untuk mengekspresikan diri, media sosial juga dapat dijadikan indikator kepribadian sang pengguna. Media sosial pun dapat juga berfungsi sebagai sneak peek penggunanya, pun status sosial ekonominya. Hmm.. inget syahrini gatau kenapa.. hehehe.. Tapi tentunya saya setuju dengan peran media sosial secara positif, yaitu media sosial sebagai salah satu bagain dari personal branding dan sayang banget kalau tidak dimanfaatkan di era kekinian yang makin kompetitif ini, ya kan?


Untuk orang-orang yang memang memiliki jiwa entrepreneur, publisitas dan exposure, media sosial tentunya akan berperan bagus jika dimaksimalkan penggunaannya. Jadi, jangan terlalu mendalami peran dalam sandiwara pencitraan hanya demi mendapatkan followers, likes ataupun demi mendapatkan sebuah pujian yang sebenarnya bukan kehidupan nyata kita. Jika hal tersebut terus dilakukan, tidak menutup kemungkinan kita akan mengalami gangguan kesehatan jiwa serta emosi yang tidak stabil. Well, tentu ada masanya, masa dimana kita merasa letih dengan semua kepura-puraan itu, ada masanya kita ingin tampil apa adanya. Iye kan? 

Semoga saja kita tidak dikendalikan oleh nafsu dan emosi atas jari-jemari kita dalam mengunggah sisi rapuh dan kelemahan kita, atau memperlihatkan yang bukan kita. Akan sangat bijak bila kita tahu benar apa yang ingin kita unggah. Secara tidak sadar kadang kita dikendalikan oleh media sosial, dimana bentuk pengendalian media sosial yang paling hebat adalah ketika kita merasa bebas melakukan apapun, baik memposting apapun yang kita suka, padahal kita sedang dimanupulasi dan didikte oleh media sosial untuk mengunggah seperti yang media sosial 'minta'. Maka, gunakanlah akal sehat, karena akal sehatlah yang mampu mengurungkan niat untuk membuka aib diri sendiri agar harga diri tetap terjaga dengan baik, karena sesungguhnya fame dan pure bedanya sangat tipis sekali.

Opini menjelang senja.


Wednesday, January 6, 2016

Married is because of love or ?

Sore yang sendu.. Terjadilah pembicaraan antara dua orang sahabat..

"Aku sadar prinsipku salah, 'nikahi lelaki yang mencintaiku bukan yg kau cintai'. Aku selalu berdoa dan yakin aku akan menikah dan harus menikah tahun ini, tanpa menambahkan dengan jodoh yg diridhoiNya. Aku menyesal merancang pernikahan hanya demi kata orang dan sekarang aku sadar ini semua demi status. Dan kini dia datang. Cinta pertamaku. Untuk kembali pada dia yg selalu aku cintai dalam diam bukan tidak mungkin. Aku hanya perlu berjuang melawan dia yang hanya ingin memiliki jiwaku bukan hatiku, dan.. keluargaku sendiri."

Sepenggal ungkapan hati yang begitu mengena untuk saya jadikan pesan kehidupan yang sangat berharga untuk saya dan mungkin untuk kita semua yang tengah menanti jodoh ☺

Jujur saya sedih dengan masalah yang tengah salah seorang sahabat saya alami. Banyak wanita yang dikatakan cukup secara umur untuk menikah. Tentu pandangan publik tentang "kapan nikah? Nunggu apa lagi sih? Cepetan nikah. Nanti keburu tua lho, trus gak ada yang mau" tiada habisnya.  Apalagi ditambah dengan teman-teman yang satu persatu menemukan jodohnya dan melangkah ke jenjang pernikahan. Lalu, kamu sadar, cuma kamu yang masih single dan tanpa kepastian kapan akan menikah karena pacaramu belum ada tanda-tanda melamarmu. Makinlah stress kamu, apalagi kamu seorang wanita yang memiliki batas rawan untuk hamil dan melahirkan. Apalagi kalo gak ada calon ya hahaha makin mumet mesti hihihi...

Merangkum dari moral story tadi, saya pikir, kita terlalu terbebani "kata orang dan aturan baku dunia". Kita kadang terlalu fokus dengan pandangan orang tentang kekurangan kita yang sampai saat ini belum menemukan pasangan dan mengganggap kita bermasalah. Dan aturan yang mengganggap terlalu pemilih, tertutup, asyik bekerja dan lain sebagainya. Mungkin ada beberapa yang bisa kita benarkan tapi tak sepenuhnya dapat kita bakukan menjadi sebuah faktor penyebab suatu hal.

Saya percaya dengan ketentuanNya, Allah SWT. Bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan. Bahwa mendapatkan pasangan adalah memperbaiki diri kita. Kenapa? Karena jodoh adalah cerminan diri. Perbaiki kualitasmu maka dia, jodohmu juga sedang memperbaiki diri. Percaya deh, jodoh itu serasi, sepadan, dan satu frekuensi. Hehehe.

Masalahnya Allah sudah memberikan kita jodoh sejak kita ditiupkan dalam rahim ibu kita. Hanya saja menjemput jodohnya mau yang bagaimana. Saya pernah menonton sebuah film dari negeri jiran, disitu ada seorang lelaki yang benar2 jauh dari agama. Kehidupan bebas lekat dengannya, minum dan berfoya-foya dengan hartanya adalah hal yang lumrah untuknya. Sampai suatu hari, ia berpapasan dengan guru sekolah keponakannya saat menjemputnya pulang sekolah. Pemuda itu jatuh cinta pada wanita sholihah tersebut. Namun, wanita baik tentu memilih pemuda yg baik, apalagi kelak ia akan menjadikannya ayah dari anak-anaknya. Pemuda tersebut tersadar saat seorang ustad berkata, jodoh itu ada tiga cara dalam mendapatkannya. Yang pertama, kamu mencintai seorang gadis, gadis itu menolak, kau datangi dukun, gadis itu akhirnya mau menikahi, itu disebut jodoh dari dukun. Yang kedua, kamu mencintai gadis dan gadis itupun mencintaimu, setan bertindak, gadis itu hamil dan menikahlah kalian, itu disebut jodoh dari setan. Yang ketiga, kamu suka, dia suka, kamu datangi orang tuanya. Menikahlah kalian, itulah yang disebut jodoh dari Allah. Jodoh yang halal yang melalui jalan yang Allah ridhoi. Tinggal sekarang kamu memilih jalan yang mana?

Saya memilih pacaran. Dan kita gak ngapa-ngapain. Well, memang sih, tapi tetap aja, coba kondisinya kamu akhirnya menikah bukan dengan pacarmu yang sekarang atau dengan calon suamimu yang sekarang? Yakin kamu gak nyakitin perasaan seseorang dengan berpacaran? Saya sadar sih, untungnya pacaran gak ada.. Saling sakit menyakiti aja.. Menurut saya pribadi dengan semua pengalaman kanan kiri oke hehehe.. Tapi dikembalikan lagi ke personalnya sih.. Kita sudah dewasa banyak jalan dan langkah yang bisa dipilih.. Tinggal ambil jalan yang mana dan ambil resiko serta tanggungjawab yang dibebankan pada pilihanmu itu.. Semoga kita mendapatkan jodoh yang dirdhoi oleh Allag SWT dan senantiasa memperbaiki diri bukan untuk mendapatkan jodoh tapi lebih kepada bukti kecintaan kita pada Rabb kita.. Jika Dia sudah mencintai hambanya, maka apapun yang kita inginkan insyallah akan diberikannya, termasuk jodoh Aamiin Allahumma Aamiin.